IRC Bandung, 2 Maret 2025 – Dalam era modern yang serba cepat, tidur sering kali diabaikan demi mengejar produktivitas.
Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengorbankan waktu tidur, terutama fase tidur dalam (slow-wave) dan REM (rapid eye movement), dapat memiliki dampak serius pada kesehatan otak.
Studi ini mengungkapkan bahwa kurangnya kedua tahap tidur tersebut berpotensi mempercepat penyusutan area otak yang rentan terhadap penyakit Alzheimer.
Baca Juga: Minuman Diet dengan Pemanis Buatan, Justru Bisa Membuat Anda Lebih Lapar
Penyusutan Otak Akibat Gangguan Tidur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang menghabiskan lebih sedikit waktu dalam fase slow-wave dan REM sleep cenderung memiliki volume otak yang lebih kecil di wilayah inferior parietal—area yang dikenal sebagai indikator awal neurodegenerasi dalam perkembangan Alzheimer.
Gawon Cho, penulis utama studi dari Yale School of Medicine, menjelaskan bahwa bagian otak ini penting untuk mensintesis informasi sensorik, termasuk persepsi ruang dan visual.
“Temuan kami memberikan bukti kuat bahwa defisit tidur dalam dapat menyebabkan penyusutan otak, yang menjadi salah satu faktor risiko utama Alzheimer,” kata Cho. “Ini adalah pengingat penting bahwa tidur bukan hanya istirahat fisik, tetapi juga proses vital bagi kesehatan otak.”
Hubungan Tidur dan Fungsi Otak
Selama tidur dalam, otak bekerja keras membersihkan racun, memperbaiki sel-sel yang rusak, dan memulihkan tubuh untuk hari berikutnya.
Pada fase REM, otak fokus memproses emosi, mengkonsolidasi ingatan, dan menyerap informasi baru. Kedua tahap ini sangat penting untuk menjaga fungsi otak tetap optimal.
Namun, seiring bertambahnya usia, kualitas tidur dalam cenderung menurun. “Orang dewasa lanjut usia biasanya menghabiskan lebih sedikit waktu di fase deep sleep dibandingkan anak muda,” jelas Dr. Richard Isaacson, direktur penelitian di Institute for Neurodegenerative Diseases di Florida.
“Ini membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan kognitif dan penyakit Alzheimer.” Lanjut Isaacson.
Kebiasaan Tidur yang Buruk Berdampak Panjang
Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga orang dewasa di AS tidak mendapatkan cukup tidur.
Padahal, rata-rata orang dewasa membutuhkan tujuh hingga delapan jam tidur setiap malam untuk menjaga kesehatan optimal. Bayi dan anak-anak membutuhkan lebih banyak lagi, dengan bayi bisa menghabiskan hingga 50% dari total waktu tidur mereka di fase REM.
Kekurangan tidur dalam dan REM tidak hanya memengaruhi otak, tetapi juga berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. Sebuah studi Februari 2023 bahkan menemukan bahwa kebiasaan tidur yang baik dapat menambah harapan hidup hingga lima tahun untuk pria dan hampir 2,5 tahun untuk wanita.
Namun, manfaat ini hanya bisa diraih jika seseorang tidur tanpa gangguan, merasa segar saat bangun, dan tidak bergantung pada obat tidur.
Cara Meningkatkan Kualitas Tidur
Untungnya, ada banyak cara untuk melatih otak agar tidur lebih nyenyak. Para ahli merekomendasikan pendekatan yang disebut “kebersihan tidur” untuk meningkatkan kualitas tidur Anda.
Berikut beberapa langkah praktis yang bisa Anda coba:
- Jadwalkan Rutinitas Tidur : Cobalah tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, bahkan di akhir pekan. Ini membantu tubuh Anda membangun ritme alami.
- Optimalkan Lingkungan Tidur : Pastikan kamar tidur Anda gelap, tenang, dan dingin. Gunakan peredam suara atau mesin suara bila perlu.
- Hindari Alkohol dan Kafein : Minum alkohol sebelum tidur mungkin membuat Anda tertidur lebih cepat, tetapi akan mengganggu tidur di tengah malam. Begitu pula dengan kafein, yang dapat mengganggu siklus tidur jika dikonsumsi sore hari.
- Matikan Gadget Satu Jam Sebelum Tidur : Cahaya biru dari layar smartphone atau laptop dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang membantu tidur.
- Relaksasi Sebelum Tidur : Aktivitas seperti meditasi, yoga, tai chi, atau mandi air hangat dapat membantu tubuh dan pikiran Anda rileks, sehingga lebih mudah tertidur.
“Tidak ada obat ajaib yang bisa memperbaiki seluruh pola tidur,” tambah Cho. “Yang bisa kita lakukan adalah mengubah gaya hidup untuk mendukung tidur yang berkualitas.”
Jangan Lewatkan: Ahli Saraf Ungkap 5 Cara Menjaga Kesehatan Otak Seiring Bertambahnya Usia
Pesan Penting untuk Generasi Modern
Studi ini menegaskan bahwa tidur bukanlah aktivitas sekunder yang bisa dikorbankan demi kesibukan sehari-hari. Sebaliknya, tidur adalah investasi jangka panjang untuk kesehatan otak dan tubuh.
Dengan menjaga kualitas tidur, kita tidak hanya melindungi diri dari risiko penyakit Alzheimer, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Bagi mereka yang merasa sulit tidur nyenyak, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Terkadang, masalah tidur dapat menjadi tanda kondisi medis yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Artikel ini ditulis ulang berdasarkan penelitian oleh Gawon Cho et al., diterbitkan di Journal of Clinical Sleep Medicine.