Papaya dan Buah Markisa Tunjukkan Potensi Tak Terduga dalam Melawan Kanker

oleh
oleh
Buah markisa (Foto: scitechdaily.com)

IRC Bandung, 31 Maret 2025 – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa senyawa alami dari buah pepaya dan markisa memiliki potensi luar biasa untuk melawan kanker.

Selain itu, teknik ekstraksi baru telah berhasil meningkatkan efek positif dari senyawa bioaktif yang terkandung dalam buah-buahan tersebut.

Hasil penelitian ini diungkapkan oleh para ilmuwan dari Brasil dan Jerman selama acara FAPESP Week di Jerman, memberikan wawasan baru tentang manfaat kesehatan dan aplikasi terapeutiknya.

Baca Juga: Gula dan Kanker: Mengurai Mitos dan Fakta untuk Gaya Hidup yang Lebih Sehat

Senyawa Alami dalam Fokus Penelitian

Buah pepaya dan markisa, serta berbagai jenis tanaman obat, mengandung fitokimia yang kaya akan senyawa bioaktif. Senyawa-senyawa ini tidak hanya membantu mencegah infeksi bakteri tetapi juga memperbaiki kesehatan saluran pencernaan.

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami cara kerja senyawa tersebut pada tingkat molekuler.

Profesor Ulrich Dobrindt dari Universitas Munich menjelaskan bahwa tanaman obat mengandung beragam fitokimia – senyawa kimia alami yang dapat melawan infeksi bakteri melalui berbagai mekanisme.

Fitokimia ini membantu memperkuat respons imun tubuh. Salah satu aplikasinya adalah dalam pencegahan dan pengobatan infeksi saluran kemih (ISK), yang biasanya diobati dengan antibiotik.

“Meskipun efek anti-inflamasi, antipiretik, dan analgesiknya sudah dikenal luas, senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid, dan terpenoid, serta mekanisme kerjanya pada sel patogen, masih belum sepenuhnya dipahami,” kata Dobrindt.

Tim peneliti Jerman bahkan mengembangkan model infeksi untuk mempelajari efek ekstrak tanaman pada respons kekebalan bawaan dan regulasi epigenetik ekspresi gen. Misalnya, mereka mempelajari aktivitas tanaman tradisional yang digunakan untuk masalah urologi, sesuai farmakope Jerman.

Dalam kolaborasi dengan Universitas Federal Minas Gerais (UFMG) di Brasil, ditemukan bahwa beberapa ekstrak tanaman air (seperti dari spesies Solidago gigantea dan Equiseti herba ) secara signifikan mengurangi adhesi dan kelangsungan hidup bakteri Escherichia coli pada sel epitel kandung kemih manusia.

“Kami mengamati penurunan drastis dalam adhesi dan proliferasi bakteri ini di sel kandung kemih,” tambah Dobrindt.

Serat Buah sebagai Kunci Kesehatan

Sementara itu, tim peneliti Brasil yang tergabung dalam Pusat Penelitian Pangan (FoRC) – salah satu pusat riset inovasi yang didukung oleh FAPESP – fokus pada studi serat buah, khususnya pektin.

Pektin adalah polisakarida larut air yang tidak dapat dicerna dan ditemukan dalam jumlah besar pada pepaya, markisa, dan buah jeruk. Senyawa ini dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kronis non-menular.

Namun, ada tantangan dalam mengekstraksi pektin dari buah seperti pepaya. Proses pematangan cepat menyebabkan perubahan struktur kimia pektin yang memengaruhi efek biologisnya, termasuk kemampuannya untuk memodulasi mikrobiota usus.

Di sisi lain, pektin dari markisa dan jeruk harus dimodifikasi secara kimia agar dapat memberikan manfaat optimal.

Untuk mengatasi hal ini, para peneliti Brasil mengembangkan teknik ekstraksi pektin dari albedo – bagian putih antara kulit dan daging buah jeruk serta markisa yang biasanya dibuang saat proses pembuatan jus.

Mereka juga memodifikasi pektin di laboratorium untuk meningkatkan aktivitas biologisnya.

João Paulo Fabi, profesor di Fakultas Ilmu Farmasi Universitas São Paulo (FCF-USP) dan koordinator proyek, menjelaskan bahwa hasil penelitian ini telah menghasilkan dua paten.

Paten pertama mencakup proses ekstraksi pektin dari buah berdaging seperti pepaya dan chayote, sedangkan paten kedua mencakup modifikasi pektin dari limbah markisa.

“Kami sudah memiliki prototipe untuk mengekstraksi dan memodifikasi pektin ini dalam skala laboratorium. Tujuannya adalah menghasilkan produk seperti tepung kaya pektin termodifikasi yang dapat dikonsumsi sebagai suplemen atau bahan makanan,” kata Fabi.

Potensi dalam Pengobatan Kanker Usus Besar

Hasil penelitian pra-klinis menunjukkan bahwa pektin termodifikasi dapat meningkatkan aktivitas biologis, termasuk kemampuannya untuk memodulasi mikrobiota usus. Studi ini juga menjadi dasar untuk pengembangan uji klinis lebih lanjut.

“Pektin termodifikasi berpotensi digunakan sebagai pendamping dalam pengobatan kanker usus besar atau sebagai modulator mikrobiota usus yang bermanfaat,” tambah Fabi.

Jangan Lewatkan: Sejumlah Ancaman Tersembunyi di Minuman Manis bagi Kesehatan Tubuh Anda, Masih Berani Minum?

Langkah Menuju Masa Depan Kesehatan

Penelitian ini tidak hanya membuka pintu bagi inovasi dalam bidang pangan dan nutrisi tetapi juga menunjukkan pentingnya memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kesehatan manusia.

Dengan dukungan dari FAPESP, penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi penemuan baru yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Acara FAPESP Week di Jerman menjadi platform penting untuk berbagi temuan ilmiah ini dengan komunitas global. Semoga penelitian ini dapat segera diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dunia.

Sumber: Adaptasi dari presentasi penelitian selama FAPESP Week Germany.

https://scitechdaily.com/papaya-and-passion-fruit-show-unexpected-cancer-fighting-potential/

banner 600x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.