DBD Mengancam Bali: Lonjakan Kasus Mencapai 4.226 di Awal 2025, Ini Upaya Pencegahan dan Solusinya

oleh
oleh
Image by WikiImages from Pixabay

IRC Bandung, 22 Maret 2025– Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bali terus menunjukkan peningkatan signifikan sejak awal tahun 2025. Data terbaru dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat, hingga pertengahan Maret, jumlah kasus DBD telah mencapai 4.226 kasus. Angka ini dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Kabupaten Buleleng mencatat kasus tertinggi dengan 900 kasus, disusul oleh Badung (800 kasus), Gianyar (600 kasus), dan Kota Denpasar (600 kasus). Lonjakan kasus ini dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi, menciptakan genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebaran virus DBD.

Baca Juga: Kemenkes Terbitkan Edaran Kewaspadaan Rabies, Masyarakat Diminta Segera Berobat Jika Digigit Hewan

Pencegahan dengan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik

Menghadapi ancaman ini, Pemerintah Provinsi Bali menggencarkan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui program 3M Plus. Program ini meliputi tiga langkah utama:

  1. Menguras tempat penampungan air secara rutin.
  2. Menutup rapat wadah atau bak penampungan air.
  3. Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menampung air, seperti kaleng, botol plastik, dan ember.

Selain itu, masyarakat juga didorong untuk menerapkan langkah tambahan (Plus), seperti menggunakan lotion anti-nyamuk, memasang kelambu saat tidur, dan menanam tanaman pengusir serangga di sekitar rumah.

Wakil Gubernur Bali, Giri Prasta, juga meluncurkan program “1 Rumah Tangga 1 Jumantik” (Juru Pemantau Jentik). Program ini bertujuan memastikan setiap rumah tangga memiliki anggota keluarga yang bertanggung jawab memantau dan membersihkan potensi sarang nyamuk di lingkungannya.

“Program ini diharapkan dapat memutus rantai penyebaran DBD sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan,” ujar Giri Prasta dalam acara “Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat dan Bebas DBD” yang digelar Enesis Group di Denpasar, Kamis (20/3).

Vaksinasi DBD: Solusi Alternatif yang Masih Terbatas

Saat ini, vaksinasi DBD telah tersedia di sejumlah fasilitas kesehatan dan rumah sakit di Bali. Namun, biaya vaksinasi yang relatif tinggi menjadi kendala bagi sebagian masyarakat. Vaksin ini dijual seharga Rp700 ribu untuk dua kali suntikan, dengan harga sekali suntik sekitar Rp300 ribu hingga Rp400 ribu.

“Vaksinasi DBD diperuntukkan bagi anak usia 6 tahun hingga dewasa 45 tahun. Kami berharap ke depannya vaksinasi ini dapat masuk dalam program nasional sehingga bisa diakses secara gratis oleh masyarakat,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. I Nyoman Gede Anom.

Meski demikian, dr. Anom menegaskan bahwa pencegahan melalui PSN tetap menjadi prioritas utama. “Vaksinasi adalah solusi yang baik, tetapi menjaga kebersihan lingkungan tetap kunci utama pencegahan DBD,” tegasnya.

Penanganan Pasien Lebih Merata

Di tengah lonjakan kasus, dr. Anom memastikan bahwa penanganan pasien DBD kini lebih merata. Jika satu fasilitas kesehatan (faskes) penuh, pasien akan dirujuk ke rumah sakit lain. Saat ini, terdapat 83 rumah sakit di Bali yang siap menampung pasien DBD.

“Tidak boleh lagi ada penumpukan pasien di satu faskes. Pasien yang membutuhkan penanganan intensif harus dirujuk ke tempat lain untuk menghindari keterlambatan penanganan,” jelasnya.

Sayangnya, hingga saat ini, tujuh korban jiwa akibat DBD telah dilaporkan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Keterlambatan penanganan medis menjadi penyebab utama tingginya angka kematian.

Imbauan Penting untuk Masyarakat

dr. Anom mengimbau masyarakat untuk tidak mengabaikan gejala awal DBD, seperti demam tinggi yang tidak kunjung reda meski telah mengonsumsi Paracetamol. “Jika gejala ini muncul, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan. Jika positif DBD, pasien wajib dirawat karena dengan penanganan tepat, pasien pasti sembuh,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat, terutama selama musim hujan. “Mari bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan. Jangan biarkan ada genangan air di sekitar rumah karena itu adalah tempat ideal nyamuk berkembang biak,” pesannya.

Jangan Lewatkan: Bahaya Konsumsi Garam Berlebih: Ancaman Serius bagi Ginjal dan Kesehatan Tubuh

Kolaborasi Kunci Atasi DBD

Lonjakan kasus DBD di Bali mengingatkan bahwa penanganan penyakit ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Program-program seperti “1 Rumah Tangga 1 Jumantik” dan sosialisasi PSN 3M Plus perlu didukung penuh oleh semua pihak.

Edukasi tentang gejala awal DBD dan pentingnya penanganan medis dini juga harus terus digencarkan. Di tengah ancaman DBD yang masih tinggi, menjaga kebersihan lingkungan menjadi langkah krusial untuk melindungi keluarga dari gigitan nyamuk mematikan ini.

(Ilustrasi: Nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD)

banner 600x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.