IRC Bandung, 11 Mar. 25 – Makanan ultra-olahan, seperti camilan kemasan, minuman manis, dan makanan beku, sering kali dituding sebagai biang keladi berbagai masalah kesehatan.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Obesity Science and Practice mengungkap apa yang terjadi pada tubuh ketika kita mengurangi konsumsi makanan tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa mengurangi makanan ultra-olahan dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan, mulai dari penurunan berat badan hingga peningkatan energi dan suasana hati.
Baca Juga: Bahaya Junk Food: Ketika Pola Makan Buruk Merenggut Penglihatan
Apa Itu Makanan Ultra-Olahan?
Makanan ultra-olahan adalah produk yang telah melalui proses pengolahan ekstensif dan mengandung bahan tambahan seperti perasa buatan, pengawet, pengemulsi, dan natrium. Contohnya termasuk keripik, sereal sarapan, roti produksi massal, daging olahan, dan minuman bersoda.
Menurut Dr. Sapana Shah, profesor kedokteran di NYU Grossman School of Medicine, makanan ini cenderung tinggi kalori, gula, lemak jenuh, dan garam, tetapi rendah serat dan nutrisi penting.
Meski begitu, tidak semua makanan ultra-olahan tidak ada gunanya. Beberapa produk, seperti formula bayi dan makanan tahan lama, memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi kelompok rentan, seperti orang tunawisma atau mereka yang tidak memiliki akses konsisten ke dapur.
Dampak Negatif Makanan Ultra-Olahan
Penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi makanan ultra-olahan berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, kanker kolorektal, dan gangguan kesehatan mental.
Sebuah tinjauan payung tahun 2024 menemukan bahwa makanan ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dini akibat penyakit jantung, diabetes, dan kanker.
Studi Terbaru: Mengurangi Makanan Ultra-Olahan Membawa Perubahan Signifikan
Studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Drexel University melibatkan 14 orang dewasa yang awalnya mengonsumsi setidaknya dua porsi makanan ultra-olahan per hari.
Selama delapan minggu, peserta mengikuti program diet yang mencakup edukasi tentang makanan ultra-olahan, perencanaan makan, strategi menghadapi keinginan makan, serta dukungan finansial untuk membeli makanan sehat.
Hasil studi menunjukkan perubahan yang mencolok:
- Peserta mengonsumsi rata-rata 600 kalori lebih sedikit per hari.
- Konsumsi gula turun 50%, lemak jenuh turun 37%, dan natrium turun 28%.
- Mereka melaporkan peningkatan energi, kulit yang lebih baik, pembengkakan yang berkurang, suasana hati yang membaik, dan rata-rata kehilangan 7,7 pon (3,5 kg) berat badan.
Dr. Charlotte Hagerman, salah satu peneliti utama, menjelaskan bahwa meskipun studi ini berskala kecil, hasilnya sangat menjanjikan.
“Program perilaku seperti ini dapat membantu orang mengurangi konsumsi makanan ultra-olahan secara signifikan, setidaknya dalam jangka pendek,” ujarnya.
Manfaat Jangka Panjang
Selain efek jangka pendek, para ahli percaya bahwa mengurangi makanan ultra-olahan juga dapat memberikan manfaat jangka panjang.
Misalnya, risiko penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan kanker kolorektal dapat berkurang secara signifikan jika kita mengganti makanan ultra-olahan dengan makanan utuh yang lebih bergizi, seperti buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak.
Tantangan dalam Mengurangi Makanan Ultra-Olahan
Meski manfaatnya jelas, mengurangi konsumsi makanan ultra-olahan bukanlah hal mudah. Makanan ini sering kali lebih murah, mudah diakses, dan dirancang untuk membuat ketagihan.
Tamar Samuels, ahli diet terdaftar dan pendiri Culina Health, menyarankan pendekatan bertahap. “Alih-alih menghilangkan semua makanan ultra-olahan sekaligus, kurangi konsumsinya secara perlahan untuk membangun kebiasaan yang berkelanjutan,” katanya.
Tips Praktis untuk Mengurangi Makanan Ultra-Olahan
Berikut beberapa langkah yang bisa Anda terapkan:
- Baca Label Makanan: Hindari produk dengan daftar bahan yang panjang dan mengandung aditif yang tidak dikenal.
- Prioritaskan Makanan Utuh: Fokus pada buah segar, sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan protein tanpa lemak.
- Masak di Rumah: Memasak sendiri memberi Anda kendali penuh atas bahan-bahan yang digunakan.
- Rencanakan Makanan: Buat rencana makan mingguan dan bawa bekal untuk menghindari godaan makanan cepat saji.
- Tetap Terhidrasi: Kadang-kadang, keinginan untuk makanan ultra-olahan disebabkan oleh dehidrasi, bukan rasa lapar.
Jangan Lewatkan: Mengungkap Bahaya Makanan Ultra-Olahan: Dampak pada Kesehatan Jantung dan Upaya Mengatasinya
Rubah Pola Makan, Upgrade Kualitas Hidup
Studi ini menegaskan bahwa mengurangi konsumsi makanan ultra-olahan dapat membawa manfaat kesehatan yang signifikan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Meskipun makanan ultra-olahan sering kali lebih praktis dan terjangkau, menggantinya dengan pilihan yang lebih sehat dapat membantu mencegah penyakit kronis dan meningkatkan kualitas hidup.
Pedoman nutrisi saat ini mungkin belum secara eksplisit merekomendasikan penghindaran makanan ultra-olahan, tetapi bukti ilmiah semakin kuat.
Mulailah dengan perubahan kecil dan konsisten dalam pola makan Anda untuk meraih manfaat kesehatan yang optimal.
Sumber:
https://www.health.com/what-happens-when-you-eat-fewer-ultra-processed-foods-11689787






