Sicko (2007) – Ketika Masalah Kesehatan Menjadi Komoditas dan Industri Pencetak Laba

oleh
oleh
Sicko (2007): Kritik Tajam Sistem Kesehatan AS yang Dikuasai Kapitalisme.

Dalam dunia film dokumenter, nama Michael Moore sering kali menjadi simbol kritik tajam terhadap sistem yang dianggap tidak adil.

Lewat film Sicko (2007), Moore kembali mengguncang kesadaran publik dengan menyelidiki salah satu isu paling sensitif di Amerika Serikat: sistem perawatan kesehatan.

Dengan gaya penyutradaraan yang khas—campuran antara investigasi mendalam, wawancara personal, dan humor satir—Moore berhasil mengungkap sisi kelam industri kesehatan AS yang sering kali luput dari perhatian.

Baca Juga: Food, Inc 2: Soal Makan Bukan Sekedar Urusan Perut Tetapi Tentang Nasib Bumi Juga

Kesehatan di Dunia Kapitalisme AS

Sicko adalah sebuah eksplorasi mendalam tentang bagaimana sistem perawatan kesehatan di Amerika Serikat gagal memberikan layanan yang memadai kepada masyarakat.

Film ini dimulai dengan cerita-cerita tragis dari individu-individu biasa yang menghadapi situasi sulit akibat biaya medis yang melangit, klaim asuransi yang ditolak, atau prosedur administratif yang rumit.

Moore kemudian memperluas diskusi dengan membandingkan sistem kesehatan AS dengan negara-negara lain seperti Kanada, Inggris, Prancis, dan bahkan Kuba, yang menawarkan layanan kesehatan universal tanpa biaya langsung kepada pasien.

Film ini tidak hanya fokus pada kegagalan sistem, tetapi juga mengungkap hubungan erat antara industri farmasi, perusahaan asuransi, dan para politisi AS.

Moore berargumen bahwa sistem ini dirancang untuk menghasilkan profit bagi segelintir elit korporat, dengan sering kali mengorbankan nyawa manusia.

Ragam Derajat Kapitalisme di Industri Kesehatan

Salah satu kekuatan utama Sicko adalah kemampuan Moore untuk menghubungkan isu-isu besar dengan cerita personal yang menyentuh hati.

Misalnya, ia menceritakan kisah seorang ibu tunggal yang harus menjual rumahnya untuk membayar pengobatan putrinya yang sakit parah.

Ada juga kisah seorang pria yang kehilangan separuh jarinya dalam kecelakaan dan harus memilih mana yang akan dioperasi karena keterbatasan dana.

Cerita-cerita ini bukan sekadar dramatisasi, tetapi refleksi nyata dari realitas yang dialami banyak orang di AS.

Moore juga pandai menggunakan kontras untuk memperkuat argumennya.

Ia menunjukkan bagaimana warga negara lain dapat mengakses perawatan medis berkualitas tinggi tanpa harus khawatir tentang biaya. Di Prancis, misalnya, pemerintah bahkan menawarkan layanan tambahan seperti bantuan rumah tangga bagi ibu hamil.

Bandingkan dengan AS, di mana banyak orang harus memilih antara membayar tagihan medis atau memenuhi kebutuhan dasar lainnya.

Perselingkuhan Industri Farmasi dan Para Politikus

Bagian paling kuat dari Sicko adalah ketika Moore menginvestigasi hubungan antara industri farmasi, perusahaan asuransi, dan politisi AS. Ia menunjukkan bagaimana perusahaan-perusahaan farmasi ini secara aktif melobi Kongres untuk memastikan bahwa undang-undang kesehatan mendukung kepentingan bisnis mereka.

Contohnya, Moore mengungkap bahwa banyak politisi menerima sumbangan kampanye besar-besaran dari perusahaan asuransi dan farmasi, menciptakan konflik kepentingan yang jelas.

Film ini juga menyoroti fenomena “revolving door,” di mana mantan pejabat pemerintah bergabung dengan perusahaan farmasi atau asuransi setelah meninggalkan jabatan mereka.

Ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara kekuasaan politik dan keuntungan korporat.

Kapitalisme vs Sosialisme dalam Praktek Layanan Kesehatan

Salah satu adegan paling ikonik dalam Sicko adalah ketika Moore membawa sekelompok korban Badai Katrina ke Kuba untuk mendapatkan perawatan medis gratis.

Adegan ini tidak hanya menunjukkan kegagalan sistem kesehatan AS, tetapi juga bertujuan untuk memprovokasi pemirsa dengan membandingkan layanan kesehatan di Kuba—negara yang sering dipandang sebagai musuh AS—dengan layanan di AS.

Meskipun kontroversial, adegan ini berhasil menyoroti ironi bahwa negara yang dianggap “ketinggalan zaman” oleh AS justru mampu memberikan perawatan medis yang lebih baik.

Sayang, Moore tidak memiliki kesempatan membandingkan dengan layanan kesehatan ke dunia Islam, seperti Arab Saudi atau Qatar.

Kritikan Defensif Dunia Farmasi atas Film Sicko

Meskipun Sicko sukses mengangkat isu penting, film ini tidak lepas dari kritik. Beberapa kritikus berpendapat bahwa Moore terlalu menyederhanakan masalah yang sangat kompleks.

Reformasi sistem kesehatan bukanlah solusi yang mudah, karena melibatkan pertimbangan ekonomi, politik, dan budaya yang luas.

Selain itu, beberapa kritikus merasa bahwa Moore terlalu fokus pada cerita-cerita emosional tanpa memberikan solusi konkret yang dapat diterapkan di AS.

Selain itu, pendekatan Moore yang sering kali provokatif dan partisan membuat beberapa penonton merasa bahwa film ini lebih merupakan propaganda daripada dokumenter objektif.

Namun, bagi banyak orang, itulah daya tarik utama Moore: ia tidak takut untuk mengambil posisi tegas dan menantang status quo.

Jangan Lewatkan: Food, Inc : Mengungkap Sisi Gelap Dibalik Industri Pangan Modern

Sehat adalah Hak Asasi Manusia, Bukan Komoditas

Sicko adalah sebuah film dokumenter yang tidak hanya menghibur tetapi juga menggugah kesadaran.

Melalui narasi yang kuat, investigasi mendalam, dan kontras yang tajam, Michael Moore berhasil menyoroti kegagalan sistem perawatan kesehatan AS dan hubungan erat antara industri farmasi, perusahaan asuransi, dan politisi.

Meskipun ada kelemahan dalam pendekatannya, film ini tetap menjadi panggilan kuat untuk mereformasi sistem kesehatan agar lebih adil dan manusiawi.

Dengan durasi 123 menit, Sicko adalah tontonan wajib bagi siapa saja yang peduli dengan isu-isu sosial dan kesehatan.

Film ini mengingatkan kita bahwa kesehatan seharusnya menjadi hak asasi manusia, bukan komoditas yang hanya bisa diakses oleh mereka yang mampu membayarnya. (an)

banner 600x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.