Mengapa Vaping Buruk untuk Kesehatan Jantung dan Paru-Paru? Bukan Solusi dan Alternatif dari Merokok

oleh
oleh
Vaping tidak lebih aman daripada merokok (Foto oleh Lindsay Fox dari Pixabay).

IRC Bandung, 9 Maret 2025 – Ketika mendengar frasa “merokok mematikan,” yang menyebabkan hampir 500.000 kematian di Amerika setiap tahun, kebanyakan orang langsung berpikir tentang kanker paru-paru.

Memang, lebih dari 75% kasus kanker paru-paru disebabkan oleh kebiasaan merokok. Namun, risiko terbesar sebenarnya berasal dari penyakit kardiovaskular.

Studi menunjukkan bahwa perokok berusia 40–59 tahun memiliki kemungkinan dua kali lipat untuk meninggal akibat serangan jantung atau stroke.

Lalu, bagaimana dengan vaping yang sering dianggap sebagai alternatif “lebih aman”?

Baca Juga: Ganti Mentega dengan Minyak Nabati Turunkan Risiko Kematian hingga 16%

Vaping dan Risiko Kardiovaskular

Menurut Dr. Geoffrey Williams, spesialis kesehatan kardiovaskular dari University of Michigan, vaping tetap berbahaya bagi jantung meskipun tidak melibatkan pembakaran tembakau.

Berikut beberapa dampaknya:

Peningkatan Tekanan Darah dan Detak Jantung

Vaping memicu respons “fight or flight” yang meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, sehingga membebani sistem kardiovaskular.

Kerusakan Pembuluh Darah

Penggunaan vape secara rutin dapat mengurangi produksi nitric oxide, zat yang berperan dalam melancarkan aliran darah, hingga 30%.

Hal ini merusak fungsi pembuluh darah dan meningkatkan risiko masalah kardiovaskular.

Risiko Serangan Jantung dan Gagal Jantung

Pengguna vape harian memiliki risiko dua kali lipat terkena serangan jantung. Studi pada tahun 2024 juga menunjukkan bahwa pengguna vape 20% lebih berisiko mengalami gagal jantung.

Risiko ini semakin tinggi bagi “dual users,” yaitu mereka yang menggunakan rokok konvensional dan vape secara bersamaan.

Vaping vs. Rokok: Apakah Vaping Lebih Aman?

Meskipun vape tidak mengandung 7.000 bahan kimia berbahaya seperti rokok konvensional, kandungan berbahaya tetap ada, di antaranya:

  • Nikotin: Menyebabkan kecanduan dan meningkatkan risiko kembali merokok.
  • Bahan Kimia Beracun: Seperti formaldehida, akrilin, dan asetaldehida, yang dapat merusak paru-paru dan jantung.
  • Partikel Ultrafine: Partikel ini dapat masuk ke aliran darah dan memicu peradangan.

Dr. Williams menegaskan, “Vaping bukan alternatif yang aman. FDA tidak menyetujui vape sebagai alat untuk berhenti merokok. Pengguna vape tetap terpapar racun dan berisiko mengalami masalah kesehatan jangka panjang.”

Dampak Vaping pada Paru-Paru: Studi dan Kasus di Indonesia

Dr. Agus Dwi Susanto, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menambahkan bahwa vape sama berbahayanya dengan rokok konvensional. Berikut beberapa dampaknya:

Penyakit Paru Serius

Paru-Paru Bocor (Pneumotoraks): Kasus di AS dan Indonesia menunjukkan bahwa pengguna vape mengalami kebocoran paru setelah penggunaan rutin.

Pneumonia dan Asma: Studi di Indonesia melaporkan kasus pasien muda yang menderita pneumonia akibat vaping. Pengguna vape juga 30% lebih berisiko terkena asma.

Kanker Paru: Penelitian pada tikus di Taiwan menemukan bahwa 22,5% tikus mengembangkan kanker paru setelah terpapar uap nikotin selama 54 minggu.

EVALI (Penyakit Paru Akibat Vaping)

EVALI dilaporkan di AS dan menyebabkan gagal napas akut, yang memerlukan perawatan intensif.

Mengapa Vaping Gagal Jadi Solusi Berhenti Merokok?

Meskipun sering dipromosikan sebagai alternatif yang lebih aman atau alat untuk membantu berhenti merokok, kenyataannya vaping justru sering kali tidak mencapai tujuan tersebut.

Alih-alih menjadi solusi, vaping malah menciptakan masalah baru.

Berikut beberapa alasan mengapa vaping gagal menjadi solusi efektif untuk berhenti merokok:

  1. Kecanduan Nikotin: Studi FKUI tahun 2018 menunjukkan bahwa 76,5% pengguna vape di Indonesia mengalami ketergantungan nikotin.
  2. Dual Use: Di Inggris, 25% pengguna vape justru kembali merokok. Di Indonesia, prevalensi pengguna vape meningkat dari 0,3% pada tahun 2011 menjadi 10,9% pada tahun 2018.

Dengan demikian, vaping bukanlah jawaban untuk mengatasi kecanduan rokok, melainkan justru dapat memperburuk situasi.

Jangan Lewatkan: Cukup 5 Hari Makan Junk Food untuk Merusak Otak Anda

Berhenti Total adalah Pilihan Terbaik

Baik rokok maupun vape mengandung nikotin dan racun yang merusak jantung dan paru-paru.

“Tidak ada produk tembakau yang aman,” tegas Dr. Agus. PDPI mendukung revisi regulasi (PP 109/2012) untuk memperketat pengendalian vape dan rokok.

Vaping bukanlah pilihan yang aman bagi kesehatan. Kebiasaan ini secara signifikan meningkatkan risiko berbagai penyakit serius, termasuk gangguan jantung, masalah paru-paru, dan kanker.

Satu-satunya cara untuk benar-benar melindungi diri dari dampak buruk ini adalah dengan berhenti total dari konsumsi nikotin, baik melalui rokok konvensional maupun vape. (an)

Sumber:

https://fk.ui.ac.id/infosehat/vape-tak-lebih-aman-dari-rokok-konvensional-apa-saja-bahaya-vape-rokok/

https://www.michiganmedicine.org/health-lab/why-vaping-bad-your-heart

banner 600x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.