Kasus Kanker Kolorektal pada Generasi Muda Melonjak, Mengkhawatirkan!

oleh
oleh
Foto ilustrasi oleh Chan Factory dari Pixabay.

IRC Bandung, 6 Maret 2025 – Kasus kanker kolorektal (CRC) di kalangan generasi muda, termasuk milenial dan Gen Z, meningkat drastis dalam beberapa dekade terakhir.

Fenomena ini membingungkan para dokter, terutama karena banyak pasien tampak sehat dan tidak memiliki riwayat keluarga. Data terbaru menunjukkan tren ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai belahan dunia.

Menurut laporan American Cancer Society (ACS) 2023, proporsi kasus kanker kolorektal pada orang dewasa di bawah 55 tahun melonjak dari 11% pada 1995 menjadi 20% pada 2019. Artinya, satu dari lima pasien CRC kini berusia muda, jauh lebih tinggi dibandingkan tiga dekade lalu.

“Kami melihat pasien yang lebih muda, tapi yang mengejutkan adalah banyak dari mereka tidak punya faktor risiko klasik,” kata Dr. Steven D. Wexner, Direktur Ellen Leifer Shulman dan Steven Shulman Digestive Disease Center di Cleveland Clinic Florida, kepada DW.

Baca Juga: Ancaman Obesitas Global di Masa Depan

Penyebab Masih Misterius

Para ahli menduga pola makan modern, gaya hidup sedentary, dan faktor lingkungan menjadi pemicu utama. Namun, tidak semua kasus bisa dijelaskan.

“Pasien muda ini sering kali aktif berolahraga dan tidak obesitas, yang sebelumnya dianggap faktor risiko utama,” ujar Dr. Sonia Ramamoorthy, Kepala Bedah Kolorektal di University of California San Diego, dalam wawancara dengan American Society of Colon and Rectal Surgeons.

Studi dari MD Anderson Cancer Center (2024) menambahkan bahwa sekitar 20% pasien muda memiliki mutasi genetik turunan, seperti sindrom Lynch.

Meski begitu, mayoritas kasus tetap tidak terkait faktor genetik atau gaya hidup yang jelas, memicu kebingungan di kalangan medis.

Tren Global yang Mengkhawatirkan

Data dari The Lancet (2019) menunjukkan variasi global yang mencolok. Korea Selatan mencatat insiden tertinggi di kalangan dewasa muda dengan 12,9 kasus per 100.000 penduduk, diikuti Australia (11,2), dan Amerika Serikat (10,0).

Sebaliknya, India dan Chili hanya melaporkan 3,5 dan 3,8 kasus per 100.000. “Perbedaan ini menunjukkan faktor regional seperti diet dan lingkungan sangat berpengaruh,” kata peneliti dari studi tersebut.

Di AS, CRC bahkan menjadi penyebab kematian kanker nomor satu bagi pria di bawah 50 tahun dan nomor dua bagi wanita, menurut American College of Surgeons (2024). Tren ini mendorong seruan untuk skrining lebih awal di banyak negara.

Gejala yang Harus Diwaspadai

Gejala awal kanker kolorektal sering kali tidak kentara, seperti darah dalam tinja, nyeri perut, anemia, atau perubahan kebiasaan buang air besar. Sayangnya, banyak pasien muda mengabaikan tanda-tanda ini hingga kanker memasuki stadium lanjut.

“Dokter umum dan spesialis harus lebih waspada. Jika ada perdarahan rektum atau anemia, kolonoskopi harus segera dilakukan,” tegas Dr. Wexner.

Yale Medicine (2024) menekankan bahwa CRC adalah kanker yang dapat dicegah melalui skrining rutin.

“Deteksi dini menyelamatkan nyawa, terutama pada kelompok usia yang tidak biasa ini,” kata Dr. Xavier Llor dari Yale Cancer Center.

Jangan Lewatkan: BPOM Cegah Peredaran 61 Jenis Obat Bahan Alam Mengandung Bahan Kimia Obat

Tantangan dan Harapan

Peningkatan kasus ini menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan. Di Indonesia, kesadaran akan kanker kolorektal masih rendah dibandingkan kanker payudara atau paru-paru. Padahal, data global menunjukkan urgensi edukasi dan akses skrining yang lebih baik.

Para ahli berharap penelitian lanjutan dapat mengungkap penyebab pasti di balik tren ini.

Sementara itu, masyarakat diimbau untuk tidak mengabaikan gejala kecil dan berkonsultasi dengan dokter jika ada keluhan. “Ini bukan lagi penyakit orang tua. Generasi muda harus peduli,” tutup Dr. Ramamoorthy.

banner 600x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.