Osteoartritis (OA) adalah bentuk artritis yang paling umum, ditandai oleh degenerasi tulang rawan sendi yang progresif, menyebabkan nyeri, kekakuan, dan penurunan fungsi. Sendi lutut sering menjadi lokasi utama terjadinya OA, mengingat perannya dalam menopang berat badan dan aktivitas sehari-hari. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai osteoartritis, termasuk hasil penelitian terkini dan ilustrasi terkait.
Baca Juga: Mencegah Kanker dengan Sengat Lebah
Epidemiologi Osteoartritis
Prevalensi OA meningkat seiring bertambahnya usia. Sebuah penelitian di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru periode Januari 2011-Desember 2013 menunjukkan bahwa dari 198 kasus OA, 63,6% di antaranya adalah perempuan, dengan kelompok usia >60 tahun sebagai yang terbanyak terkena OA (42,4%) (Sari et al., 2015). Faktor risiko lain termasuk obesitas, kelemahan otot, aktivitas fisik yang berlebihan atau kurang, trauma sebelumnya, dan faktor genetik (Handoyo et al., 2020).
Osteoartritis pada Usia Muda
Meskipun OA lebih sering dikaitkan dengan usia lanjut, kasus OA pada usia muda semakin meningkat. Faktor risiko utama meliputi cedera olahraga, beban kerja yang berlebihan pada sendi, obesitas, dan kelainan bentuk anatomis bawaan. Sebuah studi oleh Thomas et al. (2019) menunjukkan bahwa individu berusia 20-40 tahun yang mengalami cedera lutut memiliki risiko lebih tinggi mengalami OA dini dalam 10-15 tahun ke depan (Thomas et al., 2019). Faktor genetik juga memainkan peran dalam perkembangan OA pada usia muda, dengan mutasi tertentu pada gen COL2A1 yang berhubungan dengan degenerasi tulang rawan lebih cepat.
Patofisiologi Osteoartritis
OA ditandai oleh kerusakan progresif pada tulang rawan artikular, perubahan pada tulang subkondral, dan peradangan sinovial. Proses ini dipengaruhi oleh faktor mekanis dan biokimia, termasuk stres oksidatif dan sitokin proinflamasi (Hunter & Bierma-Zeinstra, 2019). Kerusakan tulang rawan menyebabkan gesekan antar tulang yang meningkatkan nyeri dan kekakuan sendi.
Manifestasi Klinis
Gejala utama OA meliputi nyeri sendi yang memburuk dengan aktivitas dan membaik dengan istirahat, kekakuan terutama di pagi hari atau setelah periode tidak aktif, pembengkakan, dan keterbatasan gerak. Pada OA lutut, pasien mungkin mengalami kesulitan saat berjalan, naik turun tangga, atau berdiri dari posisi duduk.
Diagnosis Osteoartritis
Diagnosis OA didasarkan pada kombinasi gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pencitraan radiologis. Kriteria Kellgren-Lawrence sering digunakan untuk menilai tingkat keparahan OA melalui radiografi, yang mencakup penilaian penyempitan celah sendi, sklerosis subkondral, dan pembentukan osteofit (Kellgren & Lawrence, 1957).
Penatalaksanaan Osteoartritis
Pendekatan penatalaksanaan OA bersifat multimodal, meliputi:
- Terapi Non-Farmakologis: Edukasi pasien, program latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan otot dan fleksibilitas, serta penggunaan alat bantu seperti brace atau tongkat (Bennell et al., 2017).
- Terapi Farmakologis: Penggunaan analgesik seperti parasetamol, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan dalam beberapa kasus, injeksi kortikosteroid intra-artikular (Zhang et al., 2020).
- Terapi Bedah: Pada kasus yang berat dan tidak responsif terhadap terapi konservatif, prosedur seperti artroplasti total lutut dapat dipertimbangkan (Evans et al., 2019).
Obat Herbal dalam Manajemen Osteoartritis
Penggunaan obat herbal sebagai terapi komplementer dalam manajemen OA telah menarik perhatian. Beberapa tanaman yang telah diteliti meliputi:
- Daun Sirsak: Mengandung senyawa antioksidan dan antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi nyeri sendi (Uddin et al., 2016).
- Jahe: Memiliki efek antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi gejala OA (Bartels et al., 2015).
- Kunyit: Kurkumin dalam kunyit dikenal memiliki sifat antiinflamasi dan analgesik (Daily et al., 2016).
Namun, efektivitas dari berbagai herbal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan manfaatnya dalam terapi osteoartritis.
Jangan Lewatkan: Penanggulangan Hemorroid dengan Obat Herbal dan Sengat Lebah
Kesimpulan
Osteoartritis merupakan kondisi degeneratif yang umum terjadi, terutama pada populasi lanjut usia. Namun, kasus OA pada usia muda juga semakin meningkat akibat faktor risiko seperti cedera olahraga dan faktor genetik. Penatalaksanaan yang efektif memerlukan pendekatan multimodal yang mencakup terapi non-farmakologis, farmakologis, dan, jika diperlukan, intervensi bedah. Meskipun beberapa obat herbal menunjukkan potensi dalam manajemen OA, bukti ilmiah yang mendukung penggunaannya masih terbatas. Oleh karena itu, konsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai terapi herbal sangat dianjurkan.
Daftar Pustaka
Bartels, E. M., et al. (2015). “Ginger for osteoarthritis.” PubMed. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25554354/
Bennell, K. L., et al. (2017). “Exercise and osteoarthritis: A review of evidence.” BMJ, 356, j198. https://www.bmj.com/content/356/bmj.j198
Daily, J. W., et al. (2016). “Curcumin for osteoarthritis: A systematic review.” PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5003001/
Evans, J. T., et al. (2019). “Total knee replacement outcomes.” PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6881930/
Handoyo, S., et al. (2020). “Epidemiology of osteoarthritis in Indonesia.” Journal of Medical Research. https://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/download/9744/6420/26606
Hunter, D. J., & Bierma-Zeinstra, S. (2019). “Osteoarthritis.” PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6789995/
Thomas, A. C., et al. (2019). “Young adults and osteoarthritis risk.” PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6723407/
Uddin, M. N., et al. (2016). “Soursop leaf extract and joint health.” PMC. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5390366/
Zhang, W., et al. (2020). “Pharmacological management of osteoarthritis.” Nature Reviews Rheumatology. https://www.nature.com/articles/s41584-020-0475-2