Segitiga Cinta Sternberg dalam Perspektif Islam: Perbandingan Logis antara Psikologi dan Syariat

oleh
oleh
Rumah Tangga

Cinta adalah salah satu aspek fundamental dalam kehidupan manusia. Berbagai disiplin ilmu berusaha memahami hakikat cinta, termasuk psikologi modern dan ajaran Islam. Salah satu teori yang cukup berpengaruh dalam kajian psikologi adalah Teori Segitiga Cinta yang dikembangkan oleh Robert Sternberg. Teori ini menyatakan bahwa cinta memiliki tiga komponen utama: Intimacy (keintiman), Passion (gairah), dan Commitment (komitmen). Ketiga elemen ini membentuk berbagai jenis hubungan romantis berdasarkan kadar masing-masing komponen.

Dalam Islam, cinta dan hubungan antara pria dan wanita memiliki dimensi yang lebih luas, tidak hanya sebatas aspek psikologis tetapi juga melibatkan aspek spiritual dan hukum syariat. Artikel ini bertujuan untuk membandingkan Teori Segitiga Cinta Sternberg dengan konsep cinta dalam Islam berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadis dari enam kitab hadis utama.

Baca Juga: Pengaruh Puasa terhadap Kesehatan Organ Reproduksi

Konsep Segitiga Cinta Sternberg

Sternberg berpendapat bahwa cinta sejati terdiri dari tiga elemen utama:

Intimacy (Keintiman) – Perasaan kedekatan emosional, keterbukaan, dan kenyamanan dalam hubungan.

Passion (Gairah) – Ketertarikan fisik, dorongan seksual, dan hasrat romantis.

Commitment (Komitmen) – Keputusan sadar untuk mempertahankan hubungan dalam jangka panjang.

Kombinasi dari ketiga elemen ini menghasilkan berbagai jenis cinta, seperti cinta romantis (intimacy + passion), cinta buta (passion + commitment), dan cinta sempurna (intimacy + passion + commitment).

Cinta dalam Islam: Konsep Mawaddah, Rahmah, dan Sakinah

Islam memandang cinta sebagai bagian integral dari kehidupan manusia, namun dengan aturan dan nilai-nilai yang jelas. Dalam Al-Qur’an, cinta dalam hubungan suami istri dijelaskan sebagai berikut:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)

Dalam Islam, hubungan suami istri idealnya memiliki tiga elemen utama:

Mawaddah (Kasih Sayang) – Kesukaan dan ketertarikan emosional serta fisik.

Rahmah (Kelembutan dan Kasih) – Perasaan saling menjaga, empati, dan perhatian.

Sakinah (Ketenteraman) – Keharmonisan dan ketenangan dalam hubungan.

Ketiga elemen ini memiliki kemiripan dengan konsep intimacy, passion, dan commitment dalam teori Sternberg, tetapi dengan penekanan pada nilai-nilai spiritual dan hukum syariat.

Perbandingan Logis: Sternberg vs. Islam

Aspek

Teori Sternberg

Islam (Al-Qur’an & Hadis)

Intimacy

Kedekatan emosional dan keterbukaan

Mawaddah – Kasih sayang yang diiringi dengan tanggung jawab

Passion

Daya tarik fisik dan seksual

Halal dalam pernikahan, diatur dalam adab hubungan suami-istri

Commitment

Keputusan untuk mempertahankan hubungan

Mitsaqan Ghaliza (perjanjian yang kuat) dalam pernikahan

Meskipun ada kesamaan dalam tiga komponen ini, Islam memandang cinta tidak hanya dari perspektif duniawi tetapi juga ukhrawi. Hubungan antara pria dan wanita harus didasarkan pada ketundukan kepada Allah, bukan sekadar kepuasan emosional atau fisik semata.

Kritik Islam terhadap Teori Sternberg

Tidak Ada Aspek Spiritual – Teori Sternberg hanya melihat cinta dari sisi psikologis, sementara Islam mengajarkan bahwa cinta sejati adalah bagian dari ketundukan kepada Allah. Cinta dalam Islam bukan sekadar emosi, tetapi juga jalan menuju kebahagiaan akhirat.

Netral terhadap Moralitas – Teori Sternberg tidak membedakan antara cinta yang halal dan haram. Dalam perspektif Islam, hubungan yang mengandung intimacy dan passion tanpa komitmen pernikahan adalah perbuatan yang dilarang dan berdosa. Konsep cinta yang tidak diatur oleh hukum syariat dapat menjerumuskan manusia ke dalam pergaulan bebas dan kehancuran moral.

Mengabaikan Tujuan Pernikahan – Islam menempatkan cinta dalam kerangka pernikahan untuk membangun keluarga yang harmonis dan berketurunan saleh. Sebaliknya, teori Sternberg memungkinkan seseorang untuk mengalami “cinta sempurna” di luar pernikahan, yang bertentangan dengan konsep keluarga sakinah dalam Islam.

Cinta dalam Islam Berorientasi pada Akhirat – Dalam Islam, cinta bukan hanya tentang kebahagiaan duniawi, tetapi juga memiliki konsekuensi di akhirat. Jika cinta didasarkan pada hawa nafsu tanpa pertimbangan agama, ia dapat membawa manusia pada kebinasaan. Sementara itu, teori Sternberg sepenuhnya berorientasi pada kebahagiaan psikologis tanpa mempertimbangkan tanggung jawab moral dan spiritual.

Tidak Mempertimbangkan Perbedaan Gender Secara Fitri – Teori Sternberg tidak membahas perbedaan psikologis antara pria dan wanita dalam hal cinta dan hubungan. Islam memahami bahwa pria dan wanita memiliki fitrah yang berbeda dalam mengekspresikan dan menerima cinta, sehingga Islam mengatur peran dan tanggung jawab masing-masing dalam hubungan pernikahan.

Hadis Shahih sebagai Pendukung

Berikut adalah beberapa hadis shahih dari enam kitab utama yang menegaskan konsep cinta dalam Islam:

Hadis tentang Mawaddah: Rasulullah ﷺ bersabda:

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi, no. 1162)

Hadis tentang Passion dalam Pernikahan:

“Janganlah salah seorang di antara kalian mendatangi istrinya seperti hewan, tetapi hendaknya ada pendahuluan berupa cumbu rayu dan kata-kata manis.” (HR. Ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus, hasan lighairihi)

Hadis tentang Komitmen dalam Pernikahan:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang terbaik terhadap istriku.” (HR. Ibnu Majah, no. 1977)

Jangan Lewatkan:Perubahan Tubuh Setelah Usia 50 Tahun: Panduan Hidup Sehat Alami dan Ramah Lingkungan Berbasis Nilai Islam

Kesimpulan

Teori Segitiga Cinta Sternberg memberikan wawasan menarik tentang psikologi cinta, tetapi Islam memiliki pendekatan yang lebih komprehensif dengan menambahkan dimensi spiritual dan moralitas. Konsep mawaddah, rahmah, dan sakinah dalam Islam sejalan dengan intimacy, passion, dan commitment, tetapi Islam menempatkan cinta dalam kerangka ibadah kepada Allah.

Dengan memahami konsep ini, hubungan suami istri tidak hanya akan harmonis secara emosional, tetapi juga mendapatkan keberkahan dari Allah.

Referensi:

Al-Qur’an

Shahih Muslim

Shahih Bukhari

Sunan Abu Dawud

Sunan Tirmidzi

Sunan Ibnu Majah

Musnad Ahmad

banner 600x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.